Berpuisilah ~ Lalu dengarkan Jiwamu ~ Kau Akan Menemukan yang Hilang Tak Pernah Pergi

Puisi-puisi Syukur A. Mirhan

ilustrasi gambar

TAKZIAH 
--Alm. Wan Anwar,

Masih sekisah tersisa. Di antara
Tumpukan kata. Pada kitab esai
Tak khatam. Ia suka sembunyi
Seperti diksi yang malu dikaji
Ia bukanlah nama. Tak kenal
Pulang atau pergi. Kecuali tiba
Dan terasa. Tiada mengelana
Tapi ada dimana dan kemana
Jika senja. Ia menisani sunyi
Dan memakami diam. Namun
Tak ingin jadi mimpi. Apalagi
Jadi puisi. Kubur yang perih digali
Serupa dayang rahasia. Di taman
Kesejatian. Ketika cinta dan fana
Sejiwa. Ia menutup pintu jendela
Dan membuka hijab wujudnya
Magetan, 2013


BELAHAN JIWA KEMBARA
--Kharagpur-New Delhi,
Rinai tergesa turun. Mengabut
Sansai stasiun. Pada pipi
Jendela kereta. Dua tetes
Airmata gugur di gulir embun
Tak ada selamat tinggal. Sebab
Cinta tak pernah tanggal. Meski
Selembar rasa dari kalbu
Anak benua: belahan jiwa kembara
Kharagpur-New Delhi. Di kudus
Subuh hari. Kereta pun beranjak
Namun dua perasaan
Kian tak berjarak
Pada ribuan kilometer. Tak ada
Border. Di sempadan kangen
Tak ada imigrasi
Perbatasan hati
Kharagpur/Magetan, 2012/2013


KELEPAK KELELAWAR KEBUN RAYA
surat kecil untuk si Mul,
Senja ke-29 di teras rumah kita, kau
Dan aku sekali saja pernah alfa. Menafsiri
Kelepak sayap kelelawar kebun raya
Berangkat ke barat daya
Ketika kau merajuk minta Kinanti
Dari Pupuh Umi. Sementara aku
Ngotot menjadi selarik syair
Dari kidung Ki Asmad: lirih lirik perih
Kenangan tanah pulang
Di atas langgar tua, pada doyong
Dahan pohon klewih Wa Enjud,
Bidadari Maghrib menangkup senyap
Di kulon Ciherang Stamplat
Kakilangit dilumat mulut gelap
Pada lontar hikayat malam jumat
Kau dan aku lupa mencatat
Wasiat keramat kematian 365 lanskap
Kelak --tentu kini bagi kita
Si Aceng si Noneng tunadongeng
: Kelepak sayap kelelawar kebun raya
Berangkat ke barat daya
Bogor/Magetan, 2011/2013

Tag : Puisi
0 Komentar untuk "Puisi-puisi Syukur A. Mirhan"

Back To Top