JANGAN BIARKAN HILANG
Pemikiran- pemikiran berperang
Lembah kayu meruncing dimata lawan
Entah siapa yang dapat meyakinkan hati
Maka ia dapat membeli sepatu baru di tengah kota
Bergabung dengan pemain senapan angin
Yang berlarian menerobos hukum-hukum rimba
Membawa beban aroma kertas merah yang langka
Lantas dedaunan menangis, mata-mata primata menjerit
Mereka berkata, baru mati tadi
RUANG 1
Ruang, ruang berulang
Kesamaran bagai bidadari yang berjanji
Sang pemikul datang berjudi dengan nasib
Dinginpun terbagi tak terasa angin
Dihadapan, badut-badut berdasi membawa buku
Aku tak percaya mereka paham isinya
Dan telinga pintulah tempat mengadu
Meminta waktu memberi celah meski sedetik
Aku ingin keluar, mengamuk, dan teriak
Pikirku ruang itu terlalu rumit seperti kancil
CARIKAN HATI, WAKTU
Aroma rumput dan tanah menyatu
Terang berwarna sedikit pucat
Aku tahu siapa yangkan datang
Sekumpulan riuh dengan angin menggigil
Ia berikan redup begitu dingin
Aku coba diam, tapi hati bicara
Ternyata waktu sebelum hujan
Sayang tak dapat sering ia datang
Hanya jika awan bermusuhan dan saling menghantam
Andai aku kenal hujan, ku pinta ia tetap gelap
Aku ingin berbincang dengan hati, sungguh
RUANG 5
Disana di seberang jalan itu,
Kegagalan menyaru tuhan, penakdir berita
Disana dibalik pintu utama
Nilai-nilai tak bernilai menggantung di dinding
Sang abdi hanya diberi nama kabut
Ingin protes, tapi ia hanya kabut
Ingin tunjukkan lirih, tapi takut dipecut
Sedang sebentar lagi tahun menutup
Keasingan kan datang membalaskan dendamnya
Abdi, tuan dan bangunan habis dikutuknya
TAK
Aku tlah kabarimu beberapa hari yang lalu
Tentang takut yang berkepanjangan
Sempit yang tak temukan waktu
Tapi hatimu memaksa tak mau tau
Kini ku coba ulangi berikan kabar
Kau menghilang di keempat jenis waktu
Demi kabar yang ku bawa,
Sumpah ku kan temukan suaramu
Menebus kata akhir untuk benar-benar pergi
Tag :
Puisi
0 Komentar untuk "Puisi-puisi Pemppy Ceissar. S"