Berpuisilah ~ Lalu dengarkan Jiwamu ~ Kau Akan Menemukan yang Hilang Tak Pernah Pergi

Puisi-puisi Lauh Sutan Kusnandar

ilustrasi gambar


Miyabi
Aku tunaq tubuhmu
Peluka rahim kekasihku

18-21 Februari 2013

Fragmen Tubuh
Wanita-wanita Lombok juga, membuka ketiaknya, payudaranya, pahanya. Ada getar rambut-rambut halus menggelitik mata. Di bawahnya, geliat urat-urat begitu menggemaskan, meliuk ke lekuk tubuh. Dengan sedikit zoom, percabangan pembuluh-pembuluh darah yang seperti akar serabut, jelas terbaca, indah warnanya. “Malam ini, tubuh perempuan telah keluar dari kamar,” kata seorang kawan. “Ia datang padaku, digiring pucat wajah kota.”
Februari 2013

Suasana
Orang-orang datang dan berangkat. Menjinjing gelisahnya sendiri-sendiri. Sesekali berpapasan. Sedikit basa-basi, atau sekadar berbalas senyum. “Aku dipepet deadline,” katanya yang berlangkah buru-buru. “Terlebih aku, dari kemarin tak kunjung rampung,” sahut yang lain. Demikianlah, mereka dituntut berbicara singkat, padat, dan kurang jelas. Ada yang diklaim sebagai raja. Yang lain menyembah-nyembah dengan bingungnya, seakan berucap, “Kau seperti menemukan tuhan baru, kawan.”
22 Februari 2013

Tamu Lelaki Insomnia
Lelaki malam. Lelaki insomnia. Lagi-lagi menyendiri. Di atas mejanya yang tidak dicat dengan warna apapun dan sedikit ditempeli debu, ada kopi hitam sepekat malam dalam gelas, tinggal 2 cm tingginya dari dasar gelas. Juga beberapa batang kretek yang siap menjadi abu sebelum malam usai. Lelaki malam. Lelaki insomnia. Merambah ruang-ruang malam. Meneguhkan diri. Memasuki puncak sunyi. Hingga akhirnya pada pukul 02:04, ada yang mengetuk pintu. Lelaki insomnia tak beranjak. Ketukan makin keras. Lelaki insomnia tetap diam. Pintu pun digedor-gedor.  Jam dinding yang tergantung dekat pintu, jatuh, kacanya remuk.lelaki insomnia bangkit. Dibukanya pintu lebar-lebar.  “Selamat malam tuan, aku telah keluar dari suatu ruang, dan kini kumasuki juga ruangmu.”

Februari 2013

Fragmen Monolog Jillan di Ruang NICU
“Ketika garis merah saga itu mencapai usiaku, kau menghadap pagi, mencemasi tubuhku,” ucapmu terbata. “Doa-doa berulang kau putar, dan kau amini sendiri. Cemas agungmu mengganda di atas hamparan tanda-tanda lukaku. Sedang usiamu jadi gigil digedor degup jantungku yang makin melemah. Dalam gerimis airmatamu, garis merah saga itu benar-benar menjadi alif, tegak menghadap langit. Dan ketika sayap malaikat benar-benar membawaku ke arasy, kulihat kau menemukan keteguhan iftitah di atas bentangan sajadah.”


Lauh Sutan Kusnandar lahir di Lombok Barat, NTB, 09 Januari 1988. Karya-karyanya telah dibukukan dalam sejumlah antologi bersama, antara lain: TigaBiruSegi (Desember 2010), Munajat Sesayat Doa (Januari 2011), Sketsa Angin di Atas Pasir (Maret 2011), Rumah Air (Juli 2011), Kepadamu, Pahlawanku (2011), Atas Nama Bulan yang Dicemburui Engkau (2011), Bingkai Kata Sajak September (Februari 2012), Dari Takhalli Sampai Temaram: antologi puisi 22 penyair NTB (2012), Sajak Pohon Bakau (2012), Indonesia Dalam Naungan Doa Kami (2012), Ayat-ayat Ramadhan (2012), Selayang Pesan Penghambaan (2012), Guci Berdarah (Agustus 2012), Suara 5 Negara: antologi puisi 5 negara –Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand- (Agustus 2012), poetry poetry 226 Indonesian poets: Flows into The Sink into The Gutter –antologi dua bahasa- (September 2012), Bulan Sembilan (September 2012), Galau Antariksa (Oktober 2012), Sepanjang Masa (Oktober 2012), Antologi 250 Puisi Cinta Indonesia (November 2012), Permata Kasih (2012), Ayat-ayat Rindu (2012), Selayang Mimpi (2012), Wonder Woman (2012), Igau Danau: antologi puisi Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci XII 2012 (2013), bersama M. Zainul Kirom menulis antologi puisi Jemari Tinta di Pulau Lombok (2012), Lukisan Ibu Pertiwi: antologi puisi tinta emas 3 (2013), Korean Idol (2013), Mekanika Kuantum (2013), Sweet Pain of Love (2013), Simfoni Serdadu Gigi (2013), Titian Rindu (2013), Untuk Indonesia (2013), Amarah (Januari 2013), Indonesia dalam Titik 13: antologi penyair lintas daerah Indonesia (2013), dan beberapa judul lagi yang segera terbit. Juga telah dipublikasikan di sejumlah media cetak dan online.

Tag : Puisi
0 Komentar untuk "Puisi-puisi Lauh Sutan Kusnandar"

Back To Top