ilustrasi gambar |
Bersendiri
Di dalam hati. Barangkali
merampungkan doa puisi.
(2013)
Di dalam hati. Barangkali
merampungkan doa puisi.
(2013)
Penyair Muda
Penyair yang terlalu muda
menulis puisi tentang cinta
perempuan lena dibuatnya.
Ia meraba-raba antara kata
dan makna yang bersilangan
dalam luapan birahi semata.
Penyair yang terlalu muda
wajar ia akan lupa tentang
siapa di balik sunyi dirinya.
(2013)
Penyair yang terlalu muda
menulis puisi tentang cinta
perempuan lena dibuatnya.
Ia meraba-raba antara kata
dan makna yang bersilangan
dalam luapan birahi semata.
Penyair yang terlalu muda
wajar ia akan lupa tentang
siapa di balik sunyi dirinya.
(2013)
Nostalgia di Parkiran
Kampus Mahasaraswati
Angin mematahkan daun
cahaya. Pohon ketapang itu
menjatuh-hamburkan sepi
yang perlahan jadi ombak.
Merambat lalu mengusik
silsilah debar lama semayam
dalam gua jatung. Aku batu.
Aku yang bisu. Si pertapa
bernama rindu. Hulu beku.
Muara doa-doa membiru.
Sebagaimana aku akan berlalu
dan berakhir pada jalan waktu;
maha terang yang puisi.
(2013)
Kampus Mahasaraswati
Angin mematahkan daun
cahaya. Pohon ketapang itu
menjatuh-hamburkan sepi
yang perlahan jadi ombak.
Merambat lalu mengusik
silsilah debar lama semayam
dalam gua jatung. Aku batu.
Aku yang bisu. Si pertapa
bernama rindu. Hulu beku.
Muara doa-doa membiru.
Sebagaimana aku akan berlalu
dan berakhir pada jalan waktu;
maha terang yang puisi.
(2013)
Warna Cinta Kita
Keluasan langit di sini begitu biru dan
belum juga cukup dalam mengisahkan
warna cinta kita yang tak sebatas kata.
(2012)
belum juga cukup dalam mengisahkan
warna cinta kita yang tak sebatas kata.
(2012)
Mengenai yang Kucari
Apa yang kucari. Pergi dan
pergi. Menjelajahi malam sendiri.
Menampung dingin layaknya
penyair. Sampai buntu malam.
Sampai mata tak betah dalam
jaga. Dengan sanggup sebatas
ingin. Menahan puisi-puisi yang
dikandung berhembus seiring
angin. Berbatas semesta. Di
samudra kata-kata. Masih juga
kulihat. Yang kucari biru adanya.
pergi. Menjelajahi malam sendiri.
Menampung dingin layaknya
penyair. Sampai buntu malam.
Sampai mata tak betah dalam
jaga. Dengan sanggup sebatas
ingin. Menahan puisi-puisi yang
dikandung berhembus seiring
angin. Berbatas semesta. Di
samudra kata-kata. Masih juga
kulihat. Yang kucari biru adanya.
(2013)
Kekasihku
Kekasihku menyanyi di kamar mandi.
Lagu-lagunya demikian merdu. Membenih
ribuan mawar hujan di kebun mataku.
Lagu-lagunya demikian merdu. Membenih
ribuan mawar hujan di kebun mataku.
(2013)
Biodata
Putu Gede Pradipta lahir 18 Desember. Bermukim di Denpasar. Mahasiswa program studi Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Dwijendra. Tergabung dalam kelompok menulis.
Putu Gede Pradipta lahir 18 Desember. Bermukim di Denpasar. Mahasiswa program studi Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Dwijendra. Tergabung dalam kelompok menulis.
Tag :
Puisi
0 Komentar untuk " Puisi-puisi Putu Gede Pradipta"