Telah ku tatap lewat pelangi
Saat mentari hadir dalam bayang-bayang
Embun membias pada ujung rumput kering
Wajah kusut berlipat-lipat
Menghilangkan indahnya senja sore ini
Telah ku tatap lewat mendung
Saat minggu menggulung hari
Saat tahun menggulung bulan
9 tahun tanpa kabar dan harapan
Saat rongga mulut tak berucap
Kaki pilu berkerut karat
Saat jiwa tak lagi berlogika
Aku mulai menggigil
Berharap cinta yang teka-teki
Saat senyuman membelenggu
Dan kebahagiaan hanyalah isapan semu
Aku tetap berdiri
Tegar walau menunggu
Kembali ku susun huruf-huruf yang hilang
Mengeja kembali sebuah makna
C-I-N-T-A
Yang terkadang tak berarti
Bagi anak manusia yang terpasung
Dalam genggaman cinta tak sempurna
Cinta kemudian bermakna kembali
Bagi anak manusia yang sedang merindu
Entahlah,
Aku bicara apa itu tak penting
Tapi nantikan aku
Kan ku sematkan pada indah rambutmu
Setangkai mawar
Walalupun aku belum bisa mengeja
Apai itu C-I-N-T-A
Tapi berharap kelak
Bersatu dalam indah cinta-Nya
Penuh kebahagiaan tentunya
Amiin.
Saat mentari hadir dalam bayang-bayang
Embun membias pada ujung rumput kering
Wajah kusut berlipat-lipat
Menghilangkan indahnya senja sore ini
Telah ku tatap lewat mendung
Saat minggu menggulung hari
Saat tahun menggulung bulan
9 tahun tanpa kabar dan harapan
Saat rongga mulut tak berucap
Kaki pilu berkerut karat
Saat jiwa tak lagi berlogika
Aku mulai menggigil
Berharap cinta yang teka-teki
Saat senyuman membelenggu
Dan kebahagiaan hanyalah isapan semu
Aku tetap berdiri
Tegar walau menunggu
Kembali ku susun huruf-huruf yang hilang
Mengeja kembali sebuah makna
C-I-N-T-A
Yang terkadang tak berarti
Bagi anak manusia yang terpasung
Dalam genggaman cinta tak sempurna
Cinta kemudian bermakna kembali
Bagi anak manusia yang sedang merindu
Entahlah,
Aku bicara apa itu tak penting
Tapi nantikan aku
Kan ku sematkan pada indah rambutmu
Setangkai mawar
Walalupun aku belum bisa mengeja
Apai itu C-I-N-T-A
Tapi berharap kelak
Bersatu dalam indah cinta-Nya
Penuh kebahagiaan tentunya
Amiin.
Tag :
Puisi Cinta
0 Komentar untuk "Setangkai Mawar"