Angin menyisir pelataran halaman rumahku
Mencabik-cabik tetesan darah sang pengecut
Tanah keras sarat keangkuhan
Membutakan matamu
Mengeraskan hatimu
Mengkerdilkan mentalmu
Karena kesombongan dan kebiadabanmu
Gerimis turun menetes bisu
Ku tatap matamu merah menyala
Air bersoda menetes dari bibirmu
Peluh keringat busuk mencabik ulu hatimu
Pemompa darah tak lagi berdegub penuh pilu
Malaikat turun
Mencekik urat lehermu
Nafasmu menderu
Bak kambing sedang di kuliti
Dengan langkah tak tentu
Ku ucapkan Kalimah Tauhid kepadamu
la Illaha Illallah
la Illaha Illallah
la Illaha Illallah
Kemudian senyummu mengembang
Yang dulu penuh sarat luka dan kebencian
Saat ku buka mata
Ku lihat bulat matamu
Nanar, gemetar dan takut
Tapi,
Tuhan masih mengampunimu
Dalam tubuh dingin
Melebur cahaya salju
Hingga kau tak lagi kembali
Pada kegelapan
Hingga kentongan di desa berbunyi
Pertanda akhir hidupmu
Mencabik-cabik tetesan darah sang pengecut
Tanah keras sarat keangkuhan
Membutakan matamu
Mengeraskan hatimu
Mengkerdilkan mentalmu
Karena kesombongan dan kebiadabanmu
Gerimis turun menetes bisu
Ku tatap matamu merah menyala
Air bersoda menetes dari bibirmu
Peluh keringat busuk mencabik ulu hatimu
Pemompa darah tak lagi berdegub penuh pilu
Malaikat turun
Mencekik urat lehermu
Nafasmu menderu
Bak kambing sedang di kuliti
Dengan langkah tak tentu
Ku ucapkan Kalimah Tauhid kepadamu
la Illaha Illallah
la Illaha Illallah
la Illaha Illallah
Kemudian senyummu mengembang
Yang dulu penuh sarat luka dan kebencian
Saat ku buka mata
Ku lihat bulat matamu
Nanar, gemetar dan takut
Tapi,
Tuhan masih mengampunimu
Dalam tubuh dingin
Melebur cahaya salju
Hingga kau tak lagi kembali
Pada kegelapan
Hingga kentongan di desa berbunyi
Pertanda akhir hidupmu
Tag :
Puis Religi,
Puisi
0 Komentar untuk "Malaikat Mencekik Urat Lehermu"