Dendam merasuk di jiwanya
Wajahnya trengginas memerah
tangannya terkepal mencakar langit
Matanya membelalak bak serigala
Kakinya terhentak menggetarkan bumi
Haha
Tapi aku tetap tersenyum
seperti melihat adegan drama saja
dengan tertawa sendiri dalam hati
menganggap semua bak fatamorgana
Praak...
tiba-tiba suara kayu di patahkan
aku hanya terdiam sambil bertanya dalam hati
apakah ini nyata atau imaji
sambil berbisik pada kursi yang membisu
Ooh..
ternyata orang gila
yang entah gila beneran atau keadaan yang membuat gila
karena geram dengan keadaan yang ada
serasa hidup yang ada itu tidak ada...
Karena para penguasa hanya bisanya berbual saja.
Wajahnya trengginas memerah
tangannya terkepal mencakar langit
Matanya membelalak bak serigala
Kakinya terhentak menggetarkan bumi
Haha
Tapi aku tetap tersenyum
seperti melihat adegan drama saja
dengan tertawa sendiri dalam hati
menganggap semua bak fatamorgana
Praak...
tiba-tiba suara kayu di patahkan
aku hanya terdiam sambil bertanya dalam hati
apakah ini nyata atau imaji
sambil berbisik pada kursi yang membisu
Ooh..
ternyata orang gila
yang entah gila beneran atau keadaan yang membuat gila
karena geram dengan keadaan yang ada
serasa hidup yang ada itu tidak ada...
Karena para penguasa hanya bisanya berbual saja.
HADIRKU IBARAT
DEBU
Tak ku sesali ketika kau harus pergi
dalam ruang-ruang rindu yang terus menderu
pada jiwa yang penuh luka dan kecewa
namun ku coba kuatkan diri
dengan tasbih ku jadikan penawar rindu
Hati kecilku bernyanyi merindumu
namun hadirku ibarat debu di atas permadani
yang tak mungkin pernah kau harapkan
walau sedetik menatap indahmu
dalam kesunyian lamunan malam
kadang ku bertanya tentang arti cinta
pada sepasang burung nuri di atas sana
bermesra indah tak pernah terpisahkan
kemudian aku tidak akan berharap apa-apa,
namun kenapa kau susupkan senyum manismu waktu itu?
Tak ku sesali ketika kau harus pergi
dalam ruang-ruang rindu yang terus menderu
pada jiwa yang penuh luka dan kecewa
namun ku coba kuatkan diri
dengan tasbih ku jadikan penawar rindu
Hati kecilku bernyanyi merindumu
namun hadirku ibarat debu di atas permadani
yang tak mungkin pernah kau harapkan
walau sedetik menatap indahmu
dalam kesunyian lamunan malam
kadang ku bertanya tentang arti cinta
pada sepasang burung nuri di atas sana
bermesra indah tak pernah terpisahkan
kemudian aku tidak akan berharap apa-apa,
namun kenapa kau susupkan senyum manismu waktu itu?
Tag :
Puisi
0 Komentar untuk "Puisi Muhammad Sofyan Arif "