Sumber Gambar |
Musim semi hanya sekali dalam cinta. Ketika kemarau mematahkan
tangkai-tangkai cuaca. Kau pandang seekor kumbang tergelincir dari atas
bunga-bunga. Demikian engkau katakan seseorang tak lebih dari mencintai dirinya
sendiri dan kau lihat burung terbang meninggalkan sarang mencari makan bagi
anak-anaknya.
Beberapa
daun kering gugur dikibaskan sayap kemarau. Kutemukan engkau dalam desahnya
yang panjang. Bulan menjaring malam dalam kelam. Kau cari-cari—mata inilah yang
menciptakan gelap. Tapi siapa yang telah mengadakan cahaya.
Sesaat
angin mengangkut wewangian ke jantungmu, tapi kau tak pernah merasakan wangi
kecuali nyeri di dadamu. Pun segala yang tumbuh harus mati demikian udara tak
selamanya menghidupkan. Kebathilan tak selamanya lahir dari kesalahan.
Nafasmu
patah dalam doa diangkut ribuan gagak. Tinggal dingin yang terasing dari
kata-kata. Kau sebut nama Tuhanmu pelan-pelan. Kau bisikan cinta dalam setiap
rahim perempuan. Ruh siapa ditiupkan dalam tubuhmu dan siapa yang telah
membunuhnya kemarin malam. Dzikir siapa menggema menjelma kunang-kunang di atas
batu nisan.
Kau
kumpulkan nama-nama yang meranggas dari hatimu. Kau kirim air talkin. Siapa
saja yang telah menaruh wangi. Tak ada kau temukan kecuali potretmu yang pasi.
Kau lupa dirimu lalu siapa yang kau sebut dalam setiap dzikirmu.
Kau
ingat sebelum engkau lahir, siapa yang telah mengajarkan cinta. Siapa yang
telah menaruh warna dan wangi pada bunga. Tapi setelah turun ke dunia kau
terlupa. Kitab siapa yang terlebih dulu kau baca sedang kau tak tahu lahir
sebagai apa.
Bacalah
dalam bayangan surat-surat langit. Pada setiap halaman tubuhmu. Pada setiap
pintu-pintu cahaya. Kelak airmatamu akan menjelma selaksa kupu-kupu yang lahir
dari bunga-bunga dan rusukmu menjelma sayap yang menembus ars.
Sanggar Suto, 2006
Oleh : Kedung Darma Romansa
Tag :
Musim Semi
0 Komentar untuk "Ayat-ayat Kafi"