Berpuisilah ~ Lalu dengarkan Jiwamu ~ Kau Akan Menemukan yang Hilang Tak Pernah Pergi

Puisi-Puisi Muhadzdzier M. Salda

Cintaku Dalam Segelas Kopi
Tak ada yang lebih nikmat kala senja turun sore hari. Engkau duduk manis semanis hitam wajahmu. Jilbabmu diterpa angin sepoi sepoi. Setelah gelas kopi pancung kuat dalam genggamku tertumpah. Lalu tiba tiba. Senja berhenti, laut tak lagi bergelombang. Angin sunyi. Membeku.  Boat boat  nelayan berhenti mendadak. Mesinnya mati. Orang orang di pantai mematung. Senja itu berhenti, lama sekali. Detik jarum jam di tangan kita juga tak berdetak.  Berjam jam waktu tak berjalan. Burung terbang di langit terhenti diangkasa. Semua makluk dan roda putar alam berhenti. Aktifitas alam semua terhenti. Berjam jam, berhari hari, berbulan bulan, bertahun tahun. Aku menatap wajahmu sambil sodorkan segelas kopi, tak ragu ku ulang kata kata tadi: "aku mencintaimu, dekNong. Segenap alam berhenti, sebagai hormat restui atas cintaku padamu"  Engkau meminum kopi. Alampun berjalan, setelah sekian tahun lamanya berhenti.
Alue Naga, 2 Februari 2013
 
Puisi dan Kopi

Duduk diwarung kopi sekarang terasa sepi. 
Orang orang yang asyik main blekberi.
 Buka laptop, duduk manis, pesan kopi.
dan main internet pakai waifi. 
Dulu orang orang asyik ngobrol bebas disini, 
sekarang telah dirampas oleh teknologi
Aku sendiri duduk disini, tanpa blekberi dan wifi
Seorang pelayan datang mendekat

"Saya pesan kopi pancung satu, jangan lupa tambahkan sebaris puisi"
Pelayan itu tersenyum. Sekejab dia bawa segelas kopi. Selepas meminum. Aku kemudian berdiri, dengan suara lantang berteriak, membaca puisi sambil menyeruput kopi.
Warkop Romen, 25-01-2013

Hujan Kopi
Sore pulang dari sawah
Aku melihat ibu sedang mencuci celana dalamnya dengan seember kopi
Ayah memasak nasi, adik main main dengan air kopi
Sudah seminggu kampung kami banjir kopi.
Hujan dikampung kami tak lagi bening
Kampung kami hujan kopi
Kopi kopi yang ditumpahkan dari langit

"Penguasa alam marah, gelasnya pecah. Hingga kopinya tumpah ke bumi" ibu berkata sambil tersenyum pada Ayah
Aku mengintip dari jendela
Kampung kami hujan kopi
Kopi yang turun dari langit

Warkop Romen, 25-01-2013

Rasa Yang Hilang
Ada gemuruh dalam jiwa kami
Lidah lidah tak kuasa tahan nafsu untuk tak mencoba. 
Haus darah dan tubuh kami akan rasa
Jiwa jiwa berontak terasa sampai ke otak
Tak ada yang bisa hilangkan rasa nikmat di lidah lidah kami
Lidah lidah para penjilat sekalipun
Lidah para pencuri juga selalu cicipi rasa  kopi ini

Sekarang, rasa kopi itu telah hilang
Hanyut bersama suara senapan waktu ditekan pelatuk
Hanyut bersama ribuan mayat korban perang 
Hanyut bersama dentuman bom bom tak kenal tuan
Hanyut bersama amuk air laut
Hanyut, dibawa dalam laut

Kembalikan rasa kopi selera kami
Jangan curi rasa kopi di lidah kami
Jangan ambil rasa sanger di lidah kami
Karena kami pemilik segala rasa kopi

Kamar Kost, 22 Januari 2012
Biodata: Lahir Bireuen, 28 Juni 1982. Calon Penyair yang tertunda. Murid Sekolah Menulis Dokarim 2008 - Komunitas  Tikar Pandan, Banda Aceh.  Puisi puisinya dimuat dalam antologi Tsunami Kopi penerbit DIWANA (2010).


Tag : Puisi
0 Komentar untuk "Puisi-Puisi Muhadzdzier M. Salda"

Back To Top