Berpuisilah ~ Lalu dengarkan Jiwamu ~ Kau Akan Menemukan yang Hilang Tak Pernah Pergi

Puisi-puisi Baequni Mohammad Haririe

BAEQUNI MOHAMMAD HARIRIE, senang menulis puisi, cerpen, novel dan melukis. Sampai sekarang khidmah di Komunitas Seniman Santri (KSS). Saat ini sedang merampungkan naskah “Celoteh Ces BueL”


Ikhwal tutur-sapa, tentang rencana Tuhan. Sampai kemudian langit menggiring berlipat-lipat awan. Halte mendadak bisu, sebisu hatimu. Senandung pengamen di lampu merah juga tak mengilhamkan apa-apa. Suaranya justru mengingatkan kembali pada kegetiran. Mengusir kita dari peradaban.
Hilir-mudik usia, deru mesin yang meronta-ronta, nyanyian klakson seolah tanda penolakan terhadap derita, dan wajah langit pun sama; memantulkan kelabu seperti bola-matamu. Tapi seorang perempuan datang menghibur tiba-tiba. Melirihkan doa, meratapi jalan raya; adakah Tuhan di sana?
Tuhan, jika Engkau kirim bidadari ke bumi, lalu mengapa aku dinasibkan sendiri?
Perlahan-lahan gerimis mulai jatuh satu-perseribu. Lalu kita mengasingkan diri, saling menyembunyikan perih. Di manakah muaranya? Sementara tiada lagi yang dapat dipertahankan, kecuali meyakini sebuah perpisahan. Rintik hujan, mewakili kesedihan.
Kita kembali menyirami bunga, kali ini dengan sisa airmata. Memahami kenyataan, berusaha melepas segala kenangan yang memabukkan. Barangkali orang-orang tak peduli; apakah kita akan bahagia atau tidak. Namun pintaku hanya satu; tetaplah menjadi perempuan tangguh, wahai kekasih-kekasihku.
Cikampek, 03012013


Untuk Arsyad Indradi

Ayah, di hari bahagia ini, aku ingin menapak-tilasi selembar sejarah yang padat dari pertemuan kita yang singkat. Bermula dari warung kopi di Banjarbaru. Hingga menuju perjamuan itu. Sungguh, malam yang menakjubkan. Meski bintang tak sempat berkedip, namun takdir seolah berkait. Rambut putihmu mengurai ketekunan. Tersisir begitu rapih dan panjang, melukiskan ketabahan di kegelapan.
Ayah, di ruang tamu kita tak sempat berbincang lama. Justru jaraklah yang mendekatkannya. Dan di hari istimewamu, kita disadarkan oleh waktu yang terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Jarum jam masih berkejaran, tiap angka serta huruf masih dicatatkan. Menuntun nasibmu yang bersahaja, siang malam berpendar cahaya.
Jika pesta-pora dan tasyakur tahun baru turut mempersiapkan kelahiranmu, selanjutnya kita akan menafakuri waktu dan mendidik nafsu. Akan tetapi, kita tidak akan lama di sini. Seumpama sekedar tegur-sapa, maka ikhlaskan selamanya. Ayah, selamat berulang tahun; semoga di sisa nikmat ini, selalu berkah dan menjadi wasilah menuju SurgaNya.
Cirebon, 05012013

Tag : Puisi
0 Komentar untuk "Puisi-puisi Baequni Mohammad Haririe"

Back To Top