Ketika fajar terbias muncul di ufuk timur
daun-daun bergoyang-goyang terhembus angin
bunga-bunga mengembang warna-warni
embun menempel di rumput-rumput kesepian
Alamku
tebentang samudera nan luas di sana
percik air damaikan nurani
birunya langit hilangkan goresan luka
hijaunya bumi sembuhkan perih di hati
Para petani berjalan menyusuri sawah
gadis-gadis kecil berlari kejar-kejaran
pengembala duduk menyapa rumput-rumput kecil
pekerja kantor berjalan tegap dengan gagahnya
Alamku
Ku dengar gemericik syair rindu
Syair yang membelenggu alam ini
banjir, longsor, gempa menantimu
Semua itu karena ulahmu
Karena...
Tak pernah terfikir di mata hatimu
kau aniaya aku demi isi perutmu
tak pernah kau jaga aku
karena otakmu tak pernah memahamiku
daun-daun bergoyang-goyang terhembus angin
bunga-bunga mengembang warna-warni
embun menempel di rumput-rumput kesepian
Alamku
tebentang samudera nan luas di sana
percik air damaikan nurani
birunya langit hilangkan goresan luka
hijaunya bumi sembuhkan perih di hati
Para petani berjalan menyusuri sawah
gadis-gadis kecil berlari kejar-kejaran
pengembala duduk menyapa rumput-rumput kecil
pekerja kantor berjalan tegap dengan gagahnya
Alamku
Ku dengar gemericik syair rindu
Syair yang membelenggu alam ini
banjir, longsor, gempa menantimu
Semua itu karena ulahmu
Karena...
Tak pernah terfikir di mata hatimu
kau aniaya aku demi isi perutmu
tak pernah kau jaga aku
karena otakmu tak pernah memahamiku
Tag :
Puisi Alam,
Puisi Kritik Sosial
0 Komentar untuk "Puisi Alam"